menu melayang

PENDIDIKAN LINGKUNGAN PERSPEKTIF HADITS

A.        Lingkungan Pendidikan Islam

صحيح البخاري ١٢٩٦: حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza'bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?"(HR: Shahih Bukhari 1296)[1]

صحيح مسلم ٤٨٠٣: حَدَّثَنَا حَاجِبُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاء ثُمَّ يَقُولُا أَبُو هُرَيْرَةَ وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُم فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ الْآيَةَ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ

الْأَعْلَى ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ كِلَاهُمَا عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَقَالَ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً وَلَمْ يَذْكُرْ جَمْعَاءَ

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Hajib bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb dari Az Zubaidi dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah, dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi -sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat? ' Lalu Abu Hurairah berkata: 'Apabila kalian mau, maka bacalah firman Allah yang berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.' (QS. Ar Ruum (30): 30). Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah: telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Alaa Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakan kepada kami 'Abd bin Humaid: telah mengabarkan kepada kami 'Abdurrazzaq keduanya dari Ma'mar dari Az Zuhri dengan sanad ini dan dia berkata: 'Sebagaimana hewan ternak melahirkan anaknya. -tanpa menyebutkan cacat.-(HR: Shahih Muslim 4803[2])

سنن الترمذي ٢٠٦٤: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الْقُطَعِيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ رَبِيعَةَ الْبُنَانِيُّ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْمِلَّة فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ ِ

أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُشَرِّكَانِهِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَنْ هَلَكَ قَبْلَ ذَلِكَ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ بِهِ حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ

وَالْحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ بِمَعْنَاهُ وَقَالَ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رَوَاهُ شُعْبَةُ وَغَيْرُهُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ وَفِي الْبَاب عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ سَرِيعٍ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya Al Qutha'i Al Bashri: telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Rabi'ah Al Bunani: telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Setiap anak dilahirkan di atas al millah (agama fithrahnya, Islam), namun, kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani, atau menjadikannya seorang yang musyrik." Kemudian ditanyakanlah pada beliau, "Wahai Rasulullah, lalu bagaimanakah dengan yang binasa sebelum itu?" belaiu menjawab: "Allah-lah yang lebih tahu terhadap apa yang mereka kerjakan." Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib dan Al Husain bin Huraits keduanya berdua berkata: telah menceritakan kepada kami Waki' dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sepertinya dan dengan makna yang sama pula dan beliau bersabda: "Dilahirkan dalam keadaan fithrah." Abu Isa berkata: Ini adlah hadits Hasan Shahih. Dan hadits ini telah diriwayatkan pula oleh Syu'bah dan selainnya dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia pun menyebutkan: "Dilahirkan dalam keadaan fithrah." Hadits semakna juga diriwayatkan dari Al Aswad bin Sari'.(HR: Sunan Tirmidzi 2064)

 

سنن أبي داوود ٤٠٩١: حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ

صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ كَمَا تَنَاتَجُ الْإِبِلُ مِنْ بَهِيمَةٍ جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّ مِنْ جَدْعَاءَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ مَنْ يَمُوتُ وَهُوَ صَغِيرٌ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Al Qa'nabi dari Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuannya-lah yang menjadikan ia yahudi atau nashrani. Sebagaimana unta melahirkan anaknya yang sehat, apakah kamu melihatnya memiliki aib?" Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan orang yang meninggal saat masih kecil?" Beliau menjawab: "Allah lebih tahu dengan yang mereka lakukan."(HR: Sunan Abu Daud 4091)[3]

موطأ مالك ٥٠٧: و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ كَمَا تُنَاتَجُ الْإِبِلُ مِنْ بَهِيمَةٍ جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ الَّذِي يَمُوتُ وَهُوَ صَغِيرٌ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ

Artinya:Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, namun kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani. Seperti unta yang dilahirkan dari binatang ternak yang sempurna jasadnya, apakah ditemukan adanya cacat?" Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah! Bagaimana tentang orang yang meninggal saat dia masih kecil?" Beliau menjawab: "Allah lebih tahu dengan apa yang mereka kerjakan."(HR: Muwatha' Malik 507)[4]

صحيح ابن حبان ١٢٨: أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ يَزِيدَ الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ مَرْوَانَ الرَّقِّيُّ، حَدَّثَنَا مُبَشِّرُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، عَنِ الأَوْزَاعِيِّ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ‏.

Artinya: Husain bin Abdullah bin Yazid Al Qaththan mengabarkan kepada kami, Musa bin Marwan Ar-Raqi menceritakan kepada kami, Mubassyir bin Isma’il menceritakan kepada kami dari Al Auza’i, dari Az- Zuhri, dari Humaid bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda; “Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi" [3:35](HR: Shahih Ibnu Hibban 128)[5]

Asbabul Wurud Hadist:

Dari aswad katanya: aku mendatangi rasulullah dan aku ikut perang bersamanya. Kami memperoleh kemenangan namun pada hari itu orang-orang terus saling berbunuhan sehingga merekapun membunuh anak-anak. Halitu disampaikan kepada rasulullah, maka rasulullah bersabda: “ keterlaluan, sampai hari ini mereka masih saling membunuh sehingga banyak anak-anak terbunuh”. Berkatalah seorang laki-laki: “ ya rasulullah, mereka adalah anak orang-orang musyrik” kata rasulullah;‘ ketahuilah, sesungguhnya penopang kami adalah orang-orang musyrik itu.Jangan membunuh keturunan, jangan membunuh keturunan”. Kemudian beliaupun bersabda: “ setiap anak dilahirkan, dilahirkan di atas fitrah ( suci). maka senantiasa ia berada dalam keadaan suci, sampai lidahnya berbicara. kedua orang tuanyala yang menjadikannya yahudi atau nasrani atau majusi”.

B.        Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam

Pengertian lingkungan menurut Sartain ( ahli pisikolog Amerika ) yang dimaksud dengan lingkungan yaitu meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan perkembangan atau life processes.[6] Pengertian lingkungan menurut Zakiah Darajat mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal adat istiadat, pengetahuan pendidikan dan alam. dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang, ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia atau alam yang bergerak,  kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang.[7] Menurut Abuddin Nata bahwa Lingkungan pendidikan islam adalah suatu institusi atau lembaga dimana pendidikan itu berlansung yang terdapat didalamnya ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan islam dengan baik.[8]

C.        Macam-macam lingkungan Pendidikan Islam

Menurut Milieu, yang dimaksud lingkungan ditinjau dari perspektif pendidikan Islam adalah sesuatu yang ada disekeliling tempat anak melakukan adaptasi, meliputi:

1.              Lingkungan alam, seperti udara, daratan, pegunungan, sungai, danau, lautan,

dsb.

2.              Lingkungan Sosial, seperti rumah tangga, sekolah,dan masyarakat.

Kihajar Dewantara mengartikan lingkungan dengan makna yang lebih simple dan spesifik. Ia mangatakan  bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan berada dalam 3 pusat lembaga pendidikan yaitu:

a.              Lingkungan keluarga

b.              Lingkungan Sekolah

c.              Lingkungan Organisasi pemuda atau kemasyarakatan.[9]

Menurut Drs.Abdurrahman Saleh ada tiga macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagaman anak, yaitu:

1)             Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini adakalanya berkebaratan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula agar sedikit tahu tentang hal itu.

2)             Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin. Biasanya lingkungan demikian menghasilkan anak-anak beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.

3)             Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan agama. Lingkungan ini memberikan motivasi (dorongan) yang kuat kepada anak untuk memeluk dan mengikuti pendidikan agama yang ada.[10]

Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa lingkungan pendidikan itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a)              Pengaruh lingkungan positif

b)             Pengaruh lingkungan negative

c)              Pengaruh netral

D.        Pentingnya Pendidikan dan Peran lingkungan terhadap Pendidikan Islam

Pendidikan memang sangat berperan penting dalam kehidupan ini terutama dikehidupan dunia harus punya ilmu dunia, dan untuk menuju akhirat diperlukan ilmu akhirat pula. Sejak manusia lahir kedunia ini sudah membutuhkan pendidikan dari pendidikan berjalan dll,yang diajari keluarganya, hingga tumbuh dewasa meniru orang disekitarnya,oleh karena itu lingkungan sangat berperan dalam proses pembelajaran.

1.              Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk watak dan karakter manusia. Keluarga adalah lingkungan pertama dimana manusia melakukan komunikasi dan sosialisasi diri dengan manusia lain selain dirinya. Di keluarga pula manusia untuk pertama kalinya dibentuk baik sikap maupun kepribadiannya. Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, karena didalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak. Dalam ajaran Islam telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam sabdanya yang berbunyi:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ

Artinya: “Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah,maka sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Majusi, Yahudi dan Nasrani(HR: Shahih Ibnu Hibban 128)

Berdasarkan hadist tersebut, jelaslah bahwa orang tua memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian anak didik. Anak dilahirkan dalam keadaan suci, adalah menjadi tanggung jawab orang tua untuk mendidiknya.[11] Dalam hal ini Allah berfirman: Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka…..(at-Tahrim:6) Disinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanat Allah yang diberikan kepada kedua orang tua yang kelak akan diminta pertanggung jawaban atas pendidikan anak-anaknya. Dalam hadist lain juga disebutkan:

Artinya “Ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah” (HR. Zailani)

Yang dimasud dengan berenang dan memanah dalam hadist ini adalah kewajiban orang tua untuk mendidiknya dalam pendidikan agama dan pendidikan umum, termasuk di dalamnya adalah pendidikan keterampilan.[12] Keluarga dalam perspektif pendidikan Islam memiliki tempat yang sangat strategis dalam pengembangan kepribadian hidup seseorang. Baik buruknya kepribadian seseorang akan sangat tergantung pada baik buruknya pelaksanaan pendidikan Islam di keluarga. Fungsi keluarga dalam kajian lingkungan pendidikan sebagai institusi sosial dan institusi pendidikan keagamaan.

a.              Keluarga sebagai Institusi Sosial

Orang tua berkewajiban untuk mengembangkan fitrah dan bakat yang dimilikinya. Pendidikan dalam perspektif ini, tidak menempatkan anak sebagai objek yang dipaksa mengikuti nalar dan kepentingan pendidikan, tetapi pendidikan anak berarti mengembangkan potensi dasar yang dimiliki anak yang dimaksud. Dalam Islam, potensi yang dimaksud cenderung pada kebenaran. Karena ia cenderung pada kebenaran, maka orang tua dituntut untuk mengarahkannya.[13] Posisi keluarga seperti gambar di atas, menurut M. Noorsyam telah menunjukkan bahwa keluarga pada hakekatnya berperan sebagai inetitusi sosial. Keluarga menjadi bagian dari masyarakat dan Negara. Tanggung jawab sosial dalam keluarga, akan menjadi kesadaran bagi perwujudan masyarakat yang baik.Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama.Di lingkungan ini anak akan diperkenalkan dengan kehidupan sosial. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya menyebabkan ia menjadi bagian dari kehidupan social.[14]

Jika ingin mendapatkan file yang dilengkapi dengan pemformatan Artikel Ilmiah, dilengkapi Pendahuluan, Daftar Isi, Footnote, dan Daftar Pustaka, dapat di download DI SINI

b.              Keluarga sebagai Institusi Pendidikan/Keagamaan

Pada prinsipnya Islam mengakui pada diri manusia terdapat potensi untuk berbuat baik sekaligus berbuat jahat. Sehingga Islam berusaha mengarahkan potensi tersebut dalam koridor agama,usaha ke arah tersebut bukan hanya perpindahan sejumlah teori ilmu pengetahuan, tapi lebih dari itu juga adalah penanaman nilai-nilai moral.[15] Sejalan dengan itu, hakekat pendidikan pada dasarnya adalah mewariskan nilai-nilai Islami yang menjadi penuntun dalam melakoni aktivitasnya yang sekaligus sarana untuk membentuk peradaban manusia.[16] Manusia adalah satu-satunya mahluk yang dapat dididik dan membutuhkan pendidikan. Dalam perspektif Islam, yang jauh lebih penting lagi adalah bagaimana orang tua membantu perkembangan psikologis dan  intelektual anak. Aspek ini membutuhkan kasih sayang, asuhan dan perlakuan yang baik. Termasuk yang jauh lebih penting lagi adalah peran orang tua menanamkan nilai-nilai keagamaan dan keimanan anak. Model pendidikan keimanan yang diberikan orang tua kepada anak, dituntut agar lebih dapat merangsang anak dalam melakukan contoh perilaku orang tua (uswatun hasanah). Suatu kehidupan yang baik sesuai dan tetap menjalankan agama yang dianutnya merupakan persiapan yang baik untuk memasuki pendidikan sekolah oleh karena melalui suasana keluarga yang demikian itu tumbuh dan berkembang secara wajar keserasian yang pokok harus terbina adalah keserasian anatara ibu dan ayah, yang merupakan komponen pokok dalam setiap keluarga seorang ibu secara intuisi mengetahui alat-alat pendidikan apa yang baik dan dapat digunakan sifatnya yang lebih halus dan perasa iru adalah unsur yang paling melengkapi dan isi mengisi yang membentuk suatu keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan suatu keluarga.[17]

2.              Lingkungan Sekolah

Pada dasarnya sekolah harus merupakan suatu lembaga yang membantu bagi terciptanya cita-cita keluarga dan masyarakat , khususnya masyarakat Islam dalam bidang pengajaran yang tidak dapat secara sempurna dilakukan dalam rumah dan masjid. Bagi ummat Islam, lembaga pendidikan yang dapat memenuhi harapan ialah lembaga pendidikan Islam artinya bukan sekedar lembaga yang didalamnya diajarkan agama Islam, melainkan suatu lembaga pendidikan yang secara keseluruhan bernafaskan Islam hal itu hanya mungkin

terwujud jika terdapat keserasian antara rumah dan sekolah dalam pandangan keagamaan.

Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja dibentuk guna untuk mendidik daan membina generasi muda ke arah tujuan tertentu,terutama untuk membekali anak dengan pengetahuan dan kecakapan hidup ( life skill) yang dibutuhkan kemudian hari. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan anak-anak dan remaja.[18] Anak-anak dari keluarga muslim yang bersekolah sesungguhnya secara serempak hidup dalam tiga lingkungan , yaitu keluarga, Masjid dan sekolah. ketiga unsur itu harus serasi dan saling mengisi dalam membentuk kpribadian anak didik. Sekolah dan pengaruhnya terhadap pendidikan dalam perkembangannya, sekolah baru dapat didirikan seperti sekarang setelah melampauhi periode yang cukup panjang. pengetahuan awal seorang anak bermula dari orang tua dan  masyarakat yang secara tidak langsung memberikan berbagai pengetahuan dasar, walaupun tidak sistematis dan seterusnya.

a.              Sekolah pada zaman Rasulullah Saw

Kondidsi aktivitas persekolahan baru mengalami perubahan yang berarti ketika Islam lahir bagi bangsa Arab. Mesjid merupakan sekolah pertama yang bersifat umum dan sistematis dimesjidlah anak-anak dan orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, menuntut ilmu digunakan oleh kaum fakir miskin untuk berlindung dari dinginnya udara malam sambil belajar agama dan kedamaian , dengan demikian mesjid tetap di fungsikan untuk dua kepentingan yang satu sama lain salin menunjang dan saling menyempurnakan hingga datang masa kekhalifahan umar bin khattab yang membangu tempat khusus untuk menuntut ilmu anak anak disudut mesjid sejak zaman itulah pendidikan anak mulai tertata. Hari jumat merupakan hari libur minggu an sebagai waktu menyiapkan shalat jumat, libur jum‟at itu merupakan usulan dari amirul mukminin Umar bin Khattab. Demikianlah pendidikan disandarkan pada upaya tertentu yang dilaksanakan oleh individu-individu yang teratur mesjid menjadi pusat pengajian yang didalamnya terdapat kelompok-kelompok studi.

b.              Sekolah Periode Abbasiah

Setelah kekhalifahan Abbasiyah berpindah dari satu priode keperiode selanjutnya banyak Negara kecil yang berhasil melepaskan diri dari kekuasaan khalifah Abbasiyah mereka mulai membangun tempat-tempat pengkajian ilmu atau madrasah dengan sistem internal dan setiap lokal madrasah memuat sepuluh orang siswa di Damaskus saja, kita akan menemukan sekitar 300 madrasah yang dibangun di bukit-bukit. Sistem pengajaran madrasah tetap memiliki otonomi sendiri, setelah berpusat kepihak lain mereka bebas menetukan sistem kurikulum, penggunaan maupun penggunaan metode pengajaran hubungan madrasah dengan pemerintah hanya menyangkut masalah pendanaan melalui pemberian wakap atau hibah tampa campur tangan urusan sistem atau kurikulum, pihak pemerintah sudah mempercayai kualitas dan keberadaan para ulama baik itu ulama sebagai penyelenggara maupun ulama sebagai pengajar .

c.              Sekolah Zaman Moderen

Terselenggaranya sekolah moderen, seperti yang kita lihat dewasa ini, lebih disebabkan oleh adanya perubahan sistem kehidupan politik artinya Negara merasa perlu mengurus Rakyat dan memandang dirinya bertanggung jawab terhadap seluruh masalah pangan sumber rezki ,kekayaan, kecenderungan politik dan organisasi kemasyarakatan yang berkaitan dengan keamanan, kestabilan perwujudan kemerdekaan, kemuliaan para pejabat  Negara, serta kehormatan negara itu sendiri, dimata Negara lain. Seluruh persoalan tersebut ditumpukkan pada pendidikan dan pengajaran sehingga mereka mendefenisikan bahwa pendidikan dapat mengembangkan dan menambah harta anggota masyarakat Sekolah Islam tetap berpegang pada tujuan pundamental,yaitu merealisasikan pendidikan Islam, demi terwujudnya ketaatan kepada Allah swt. disekolah tersebut berkiprah individu, yang bertanggung jawab pada tujuan tersebut.[19]

d.              Manfaat Sekolah Moderen

Dalam konsep Islam, fungsi utama sekolah adalah sebagai media analisis pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran,aqidah dan syariat demi terwujudnya penghambaan diri kepada Allah serta sikap mengesakan Allah dan mengembangkan segala bakat atau potensi manusia sesuai fitrahnya, sehingga manusia terhindar dari berbagai penyimpangan

fungsi fundamental pendidikan Islam melalui sekolah meliputi hal-hal sbb.

1)             Fungsi penyederhanaan dan penyimpulan, penyederhanaan pemahaman itu membutuhkan penerapan ilmu pengetahuan tentang berbagai hal yang kemudian disarrikan dalam betuk hukum, kaidah atau perinsip, yang mudah dipahami oleh anak.

2)             Fungsi penyucian dan pembersihan

3)             Fungsi memperluas wawasan dan pengalaman anak didik melalui teransfer tradisi

4)             Fungsi mewujudkan keterikatan, integrasi homogenitas, dan keharmonisan antar siswa

5)             Fungsi penataan dan validasi sarana pendidikan

6)              Fungsi penyempurna tugas keluarga dalam pendidikan.[20]

Kemudian lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana adalah sekolah , pendidikan dan pengajaran tersebut adalah orang-orang yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang anak didik, dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas kependidikan,lembaga pendidikan yang dimaksud antara lain:

a)              Taman kanak-kanak

b)             Sekolah dasar

c)              Sekolah lanjutan

d)             Perguruan Tinggi.[21]

2.              Lingkungan masyarakat

a.              Tanggung jawab masyarakat dalam pendidikan

Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan menjelan dalam beberapa perkara dan cara yang dipandang merupakan metode pendidikan masyarakat yang utama, cara yang terpenting adalah :

1)             Allah menjadikan masyarakat sebagai penyurh kebaikan dan pelarang kemungkaran sebagai mana di isyaratkan Allahdalam firmannya : “ Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat yang menyeru pada kebajikan,menyuru pada yang ma‟ruf dan mencegah pada yang mungkar merekalah orang-orang yang beruntung ...“ (Ali imran : 110)

2)             Dalam Masyarakat Islam seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak saudaranya sehingga ketika memanggil seorang anak , siapapun dia mereka akan memanggilnya dengan “ Hai anak saudaraku ! “ , dan sebaliknya setiap anak-anak atau remaja akan memanggil setiap orang tua dengan panggilan “ Hai Paman !“ hal itu terwujud berkat pengalaman firman Allah dalam surat al-hujrat : 10 [22] Sesungguhnya orang orang mukmin adalah bersaudara ... “ semenjak terbitnya fajar Islam, kaum muslimin telah merasakan tanggung jawab bersama untuk mendidik generasi muda bersumber dari sahabat anas, Al- Bukhari meriwayatkan masalah tersebut : Dahulu aku menjadi pelayan Nabi saw. Aku selalu masuk rumah tampa izin. Suatu hari aku dataang , maka beliau bersabda : Hai anakku bagai mana kamu ini, jangan sekali-kali kamu masuk tampa meminta izin. “ Dari gambaran diatas, Rasulullah saw. telah mengajari Anas untuk meminta izin dan memanggilnya dengan rasa kekeluargaan “ Wahai anakku ! “

3)             Untuk menghadapi orang-orang yang membiasakan dirinya berbuat buruk, Islam membina mereka melalui salah satu cara membina dan mendidik manusia, yaitu kekerasan atau kemarahan.

4)             Pendidikan kemasyarakatan dapat juga dilakukan melalui kerja sama yang utuh karena bagai manapun, msyarakat muslim adalah adalah masyarakat yang padu. Rasulullah saw. bersabda:Kamu melihat kaum mukmin didalam salin mengasihi dan salimn menyayangi, seperti halnya tubuh, jika salah satu anggota tubuh mengeluh sakit maka anggota tubuh lainnya turut merasakannya. (HR. Buhari)

5)             Pendidikan kemasyarakatan bertumpu pada landasan afeksi masyarakat, khususnya rasa salin mencintai, dalam diri generasi muda perasaan cinta tumbuh seiring dengan kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya sehingga mereka memiliki kesiapan untuk mencintai orang lain.

6)             Pendidikan masyarakat harus mampu mengajak generasi muda untuk memilih teman dengan baik dan berdasarkan ketakwaan kepada Allah. sesuai fitrahnya, kaum remaja, terutama generasi muda yang sudah akil balig akan cenderung untuk menyukai orang lain dan berbaur dalam suasana mereka.[23]

b.              Pandangan Islam Mengenai Lingkungan Pendidikan

Manusia adalah “makhluk sosial”. Hal ini sesuai dengan ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang hal tersebut. Khalaqa al-insaana min „alaq bukan hanya diartikan sebagai “menciptakan manusia dari segumpal darah” atau “sesuatu yang berdempet di dinding rahim”, akan tetapi juga dapat dipahami sebagai “diciptakan dinding dalam keadaan selalu bergantung kepada pihak lain. Dari hal itu dapat dipahami bahwa manusia dengan seluruh perwatakan dan pertumbuhannya adalah hasil pencapaian dua faktor, yaitu faktor warisan dan faktor lingkungan. Faktor inilah yang mempengaruhi manusia dalam berinteraksi dengannya semenjak ia menjadi embrio hingga akhir hayat. Kemudian, lingkungan yang nyaman dan mendukung bagi terselenggaranya suatu pendidikan sangat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam system pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan dan pengaruhnya sangat besar terhadap anak didik. Sebab, bagaimanapun seorang anak tinggal dalam suatu lingkungan, disadari atau tidak, lingkungan tersebut akan mempengaruhi anak tersebut.[24] Tentang fungsi pembawaa dan lingkungan, Henry E.Garret mengatakan sebagai berikut: “it appears to be true that heredity determines what man can do, environment what he does do within the limits imposed by heredity” yang artinya: “itu muncul untuk menjadi benar bahwa keturunan menentukan apa yang manusia dapat melakukan, lingkungan apa yang ia di dalam batas-batas memaksakan disebabkan oleh keturunan”.

3.              Lingkungan Pendidikan Sekolah

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral dan belantara pendidikan keluarga. Hal ini karena pendidikan telah berimbas pola pikir ekonomi yaitu efektivitas dan efesiensi dan hal ini telah menjadi semacam ideology dalam proses pendidikan di sekolah. Sama seperti pendidikan prenatal yang tujuan adalah menjamin manusia lahir ke dunia, pendidikan postnatal ditujukan sebagai jaminan agar manusia dapat menjadi manusia yang baik dan tidak mengalami kesulitan berarti selama proses manusia hidup. Bagaimana manusia bersikap tentang segala macam lingkungannya di luar lingkungan keluarga sangat tergantung pada bagaimana proses pendidikan keluarga berlangsung. Dalam dunia modern seperti sekarang, bagaimana pendidikan keluarga berlangsung tidak sepenuhnya tergantung pada orang tua namun bisa juga dipengaruhi oleh orang lain yang notabene bukan bagian dari keluarga.[25]

4.              Fungsi Lingkungan Pendidikan Islam

Tempat berguna untuk menunjang suatu kegiatan untuk, termasuk kegiatan pendidikan, karena tidak satupun kegiatan yang tidak memerlukan tempat dimana kegiatan itu di adakan. Sebagai lingkungan pendidikan Islamiyah, ia mempunyai fungsi antara lain menunjang terjadinya proses kegiatan belajar mengajar secara aman, dan berkelanjutan. Sebelum belajar di madrasah-madrasah tersebut, kaum muslimin belajar di kutab di mana diajarkan bagaimana cara membaca dan menulis huruf Al-Quran, dan kemudian diajarkan ilmu agama dan ilmu Alquran. Dengan memperhatikan uraian dan informasi di atas dapat diidentifikasi bahwa lingkungan atau tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan islam itu terdiri dari rumah, masjid, kutab, dan madrasah.[26] Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, mengatakan sebagai berikut :

a.              Suatu pendidikan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan disekolah atau di luar sekolah.

b.              Satuan penmdidikan yang di sebut sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang berkesinambungan.

c.              Satuan pendidikan luar sekolah meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus, dan satuan pendidikan yang sejenis.[27] Selanjutnya, bagaiman pandangan Al-Qur‟an terhadap keberadaan lembaga pendidikan tersebut serta fungsinya. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan dan pengaruhnya sangat besar terhadap anak didik. Sebab, bagaimanapun seorang anak tinggal dalam suatu lingkungan, disadari atau tidak, lingkungan tersebut akan mempengaruhi anak tersebut.

1)              Satuan Pendidikan Luar Sekolah

Diantara satuan pendidikan luar sekolah adalah keluarga yang berlangsung di rumah. Untuk ini perlu dibahas menganai apa yang dimaksud dengan keluarga dan rumah itu. Secara literal keluarga adalah merupakan unit sosial terkecil yang terdiri dari orang yang berada dalam seisi rumah yang sekurang-kurangnya terdiri dari suami isteri. Sedangkan dalam arti normatif, keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh suatu ikatan perkawinan, lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai suatu gabungan yang khas dan bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan ketentraman semua anggota yang ada di dalam keluarga.

2)             Lingkungan Pendidikan Sekolah

Sekolah sebagai tempat belajar sudah tidak dipersoalkan lagi keberadaannya. Secara historis keberadaan sekolah ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari keberadaan masjid, yaitu karena adanya di antara matapelajaran-matapelajaran yang untuk mempelajarinya diperlukan soal jawab, perdebatan, dan pertukaran pikiran.

3)              Lingkungan Masyarakat

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT, yang keberadaan hidupnya tidak dapat menyendiri. Manusia membutuhkan masyarakat di dalam pertumbuhan da perkembangan kemajuannya yang dapat meninggikan kualitas hidupnya. Semua itu membutuhkan masyarakat, dan mereka harus hidFup di masyarakat. Ibnu Sina pernah mengatakan : “Manusia berbeda dengan makhluk lainnya disebabkan manusia itu tidak dapat memperbaiki kehidupannya jika ia hidup menyendiri tanpa ada orang lain yang menolong memenuhi kebutuhan hidupnya.” Kebutuhan manusia yang diperlukan dari masyarakat tidak hanya menyangkut bidang material melainkan juga bidang spiritual, termasuk ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan sebagainya. Dengan demikian, dapat ditarik suatu pemahaman bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan manusia memerlukan adanya lingkungan sosial masyarakat.

Jika ingin mendapatkan file yang dilengkapi dengan pemformatan Artikel Ilmiah, dilengkapi Pendahuluan, Daftar Isi, Footnote, dan Daftar Pustaka, dapat di download DI SINI

Back to Top

Cari Artikel

Pengunjung Bulan Ini

x
x
Sebelum Download File Mari Berdonasi Dulu
Konfirmasi
x
Sebelum Download File Mari Berdonasi Dulu